Cegah Penyebaran Difteri Sejak Dini, UNUSA dan Dinkes Lakukan Vaksinasi Pada Mahasiswa

Surabaya :
Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya adalah kampus dengan basis kesehatan. perhatian terhadap kesehatan tiap warganya menjadi hal utama. Terkait dengan hal itu, Unusa termasuk universitas yang reaktif dalam menanggapi issue kesehatan yang tengah marak di masyarakat.

Dalam rangka mencegah penyebaran difteri yang sedang marak belakangan ini, UNUSA bekerja sama dengan Dinas Kesehatan, melakukan vaksinasi terhadap beberapa mahasiswa, di kampus B Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya. Senin (19/11) Kegiatan ini kali ketiga dilaksanakan.

Difteri sendiri adalah infeksi yang menular dan disebabkan oleh bakteri corynebacterium. Difteri sempat mendapat predikat sebagai penyakit yang mengerikan di masa lalu. Bentuk dari penyakit difteri sendiri berupa batuk menggonggong, sakit tenggorokan, dan demam. Penyakit ini termasuk menular, angka kematian akibat difteri pada masa lalu juga cukup masif. Vaksinasi ini digagas oleh dinas kesehatan kota. Proses vaksin sudah dijalankan UNUSA sejak awal tahun 2018. Huda Wisnutanto, S.T, selaku penanggung jawab acara menandaskan, jika proses pemberian vaksin diberikan dengan bertahap dan beralasan. “Vaksinasi ini dilakukan hanya pada mahasiswa semester awal, atau bisa dibilang hanya pada mahasiswa berumur di bawah 19 tahun. mengapa? Karena difteri ini kan kebetulan menjangkit anak usia di bawah 19 tahun, dan usia segitu hanya ada di mahasiswa-mahasiswa kita yang masih semester 1 dan 2,” katanya. Hal ini mencerminkan bahwa pemberian vaksin pada mahasiswa UNUSA masih dalam kawalan pihak kampus.

Saat ditemui di tengah kegiatannya, Lukman Hakim staff seksi surveilan dan imunisasi mengungkapkan bahwa vaksinasi terhadap difteri ini diselenggarakan karena kuantitas pengidap penyakit difteri semakin meningkat di jawa timur. “Imuisasi difteri ini bermula dari kejadian luar biasa (KLB) penyakit difteri di jawa timur. Penyakit yang harusnya sudah tidak ada, tiba-tiba muncul dan menjangkit masyarakat di jawa timur, dan angka dari pengidap difteri ini cukup tinggi,” katanya. “Maka dari itu kementrian kesehatan memerintahkan untuk dilakukan ori difteri di jawa timur dalam 3 tahap. Yakni dalam kurun waktu februari-maret , juli-agustus, dan yang terakhir ini November-Desember,” katanya mengimbuhkan. Dalam pelaksanaan pemberian vaksin sendiri dinas kesehatan dibantu tenaga professional dari RS Darmo, RS Bakthi Rahayu, dan RKZ Surabaya.

Sebelum vaksin/imunisasi difteri diberikan, sosialisasi terhadap penyakit difteri juga dilakukan oleh pihak dinas kesehatan kota Surabaya. Hal ini di benarkan oleh Orielsta Novelia, mahasiswa S1 Ahli Gizi yang juga mendapatkan vaksinasi. “Sebelumnya penyuluhan soal difteri itu pernah, tapi yang umum aja sih gak yang sedetail itu. Namun sebelum vaksinasi udah ada penyuluhan dari dinas kesehatan sebelumnya,” katanya menjelaskan pada reporter unusa.ac.id. Saat disinggung soal pentingnya vaksinasi/imunisasi difteri terhadap mahasiswa UNUSA ia mengungkapkan bahwa penting bagi mahasiswa untuk mengetahui dampak dari pemberian vaksin difteri. “Menurut saya vaksin ini penting, karena kan untuk jangka waktu yang lama. Kalau misal ada satu orang yang tervaksin, nanti kan implementasinya ke generasi setelahnya akan lebih kebal terhadap penyakit difteri,” imbuhnya saat di temui di kafe fastron lantai 3 kampus B UNUSA. Vaksin difteri sangat penting untuk diberikan, guna mencegah penyebaran penyakit secara luas.