Rektor Baru Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya

Prof. Dr. Ir Achmad Jazidie, MEng

Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya (UNUSA) memiliki Rektor baru. Hari ini, Minggu (5/7), Rektor baru itu dilantik. Dialah Prof. Dr. Ir Achmad Jazidie, MEng. Guru besar Robotika Teknik Elektro ITS Surabaya yang juga mantan Dirjen Pendidikan Tinggi (Dikti) dan Pendidikan Menengah (Dikmen) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) RI ini akan menjadikan UNUSA sebagai rujukan perguruan tinggi NU di seluruh Indonesia.

Mau menerima jabatan penting di sebuah perguruan tinggi Nahdlatul Ulama (NU) bukan keputusan sekejab. Acmad Jazidie butuh banyak pertimbangan, berpikir, dan berdiskusi dengan orang-orang yang dianggapnya lebih berpengalaman. Walau dunia kampus sudah tidak asing baginya, paham NU juga bukan barang baru baginya, namun Jazidie harus mempertimbangkan banyak hal sebelum menerimanya.

Kepada DUTA yang menemuinya di sebuah ruang kerja yang sederhana di gedung Teknik Elektro ITS Surabaya, Jumat (3/7), Jazidie mengungkap fakta bahwa selepas jabatan Dirjen Dikmen yang dua tahun terakhir diembannya, dia ditawari banyak kampus untuk menjadi rektor. Banyak tawaran menggiurkan yang disodorkan.

“Setelah berpikir, merenung dan tentunya berdiskusi dengan Pak Nuh (Mohammad Nuh, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,red) yang selama ini kami saling memahami, akhirnya saya mantap memilih UNUSA,” ujarnya tersenyum.

Sebagai mantan pejabat negara, tentunya bapak tiga anak ini tahu persis betapa lembaga pendidikan NU ini masih memiliki ruang untuk bisa berkembang lebih maju lagi.

“Sebagai seorang yang lahir dan tumbuh dari keluarga dan lingkungan Nahdliyin, melihat fakta-fakta di lapangan yang seperti itu, saya jadi berkeinginan untuk berkontribusi, mengamalkan ilmu yang saya miliki ini,” jelasnya.

Jazidie mengungkapkan potensi generasi muda NU sangat luar biasa. Jazidie menyontohkan saat ini ada fenomena sosial di mana mahasiswa-mahasiswa di kampus-kampus umum sudah mulai melakukan kegiatan-kegiatan yang berbau NU di kampus. Misalnya hadrah, albanjari dan sebagainya. Padahal zaman dulu, kegiatan tersebut tidak dilakukan di kampus umum kecuali di kampus Agama Islam.

Ini artinya, kata Jazidie, gerbong anak-anak muda dari keluarga Nahdliyin ini sudah memenuhi kampus-kampus umum ini. “Inilah potensi itu. Banyak anak-anak Nahdliyin sudah mulai kuliah di kampus umum. Nah inilah saatnya NU memiliki sebuah perguruan tinggi yang memiliki kekuatan, berwibawa baik dari ilmu dan akhlaqnya,” tambahnya.

UNUSA Harus Jadi Kampus Rujukan

Menerima tawaran menjadi Rektor UNUSA 2015 – 2020 mendatang tentunya dengan membawa visi misi yang bisa membawa perkembangan dan kemajuan kampus yang dulunya bernama Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yayasan Rumah Sakit Islam Surabaya (Stikes Yarsis) itu.

Namun sebagai orang baru di UNUSA, walaupun itu orang nomor satu, tidak menjadikan Jazidie tinggi hati. Yang dilakukannya pertama adalah dengan kulo nuwun dulu kepada seluruh tenaga pendidik dan kependidikan, karyawan dan staf UNUSA untuk memperkenalkan diri. Setelah itu, Jazidie mengaku akan mempelajari apa saja yang ada di UNUSA, apa yang kini sudah dicapai dan apa yang hendak dicapai. “Saya ingin menjadi bagian dari mereka untuk bersama-sama mengembangkan UNUSA. Ini kerja tim bukan kerja satu orang,” tandasnya.

Karena itu, jika nantinya seluruh tim bisa bekerjasama dengan baik, UNUSA ke depan diharapkan bisa menjadi pusat rujukan seluruh perguruan tinggi NU di manapun juga. Selain itu UNUSA juga harus menjadi pusat pengembangan ilmu pengetahuan yang sesuai dengan aturan perundangan yang berlaku.

“Kalau sudah bicara UNUSA sudah tidak perlu diucapkan tentang Aswajanya. Sudah secara otomatis itu dilakukan. Aselwaja tercipta dengan environment yang sangat kuat. Walau, kita tidak boleh memaksakan semua mahasiswa untuk mengikuti paham itu. UNUSA terbuka untuk semua orang yang hendak menuntut ilmu,” jelasnya.

SDM Berperan Penting

Mengenali, mengidentifikasi masalah jika ada, adalah langkah utama yang akan dilakukan Jazidie ketika mulai berkantor di UNUSA. Dengan mengenali dan mengidentifikasi akan ditemukan solusi terbaik yang sesuai dengan karakter dan budaya di UNUSA. “Karena saya adalah bagian dari lembaga besar ini, kita harus mencari solusi itu bersama,” tandasnya.

Selain itu, Jazidie mengaku akan memantapkan kelembagaan. Di mana program studi yang dulu izin-izin sebagai syarat pendirian harus lebih dimantapkan sesuai dengan aturan yang ada.

Dan tak kalah penting adalah memantapkan human capital yang kuat. Sebuah lembaga pendidikan tinggi, human capital atau sumber daya manusia (SDM) adalah hal mutlak yang harus dipenuhi.

Perencanaan human capital itu harus direncakan terutama syarat jumlah dosen. SDM inilah yang nantinya akan berbicara tentang riset, pengabdian masyarakat dan sebagainya. “Itu harus disusun dari sekarang. Harus direncakan. Karena jika dilakukan sekarang akan terlihat di tahun-tahun mendatang. Mungkin setelah saya tidak lagi menjabat,” tuturnya.

Jazidie mengakui sebagai lembaga pendidikan yang baru tiga tahun berdiri, UNUSA memang belum bisa memenuhi seluruh kebutuhan dosen. Jika itu memang terjadi, bisa dilakukan kerjasama dengan kampus-kampus di sekitarnya untuk membina SDM yang ada,” tambahnya.

Untuk bisa memenuhi kualitas SDM utu, Jazidie mengungkapkan, peran anggaran sangat penting. Anggaran ini disesuaikan dengan kemampuan masing-masing. “Namun yang jelas, semua harus punya komitmen. Ini bukan pekerjaan jangka pendek. Sekecil apa pun yang dilakukan sekarang, adalah investasi di masa-masa mendatang. Bisa jadi apa yang kami lakukan sekarang ini untuk masa depan, dan mungkin akan terlihat manfaatnya ketika saya sudah tidak lagi menjabat,” jelasnya.

Sumber : duta masyarakat